Obat Eksprimental Molnupiravir, Diklaim Kurangi Resiko Kematian Pasien Covid 19

- Senin, 4 Oktober 2021 | 15:07 WIB
Pil antivirus COVID-19 eksperimental, molnupiravir, yang sedang dikembangkan oleh Merck & Co Inc dan Ridgeback Biotherapeutics LP terlihat dalam foto selebaran tak bertanggal yang dirilis oleh Merck & Co Inc dan diperoleh Reuters pada 17 Mei 2021.  ((ANTARA/Merck & Co Inc/HO via Reuters/as) (ANTARA/Merck & Co Inc/HO via Reuters/as))
Pil antivirus COVID-19 eksperimental, molnupiravir, yang sedang dikembangkan oleh Merck & Co Inc dan Ridgeback Biotherapeutics LP terlihat dalam foto selebaran tak bertanggal yang dirilis oleh Merck & Co Inc dan diperoleh Reuters pada 17 Mei 2021. ((ANTARA/Merck & Co Inc/HO via Reuters/as) (ANTARA/Merck & Co Inc/HO via Reuters/as))

REALITA PUBLIK,- Produsen obat di Amerika Serikat, MERCK mengklaim telah berhasil membuat obat eksperimental untuk mengobati pasien Covid-19. Berdasarkan hasil uji klinis sementara, obat itu disebut dapat mengurangi resiko kematian.

Obat ini bernama Molnupiravir, berbentuk tablet. Obat ini telah diuji coba dan dilakukan analisis terhadap 775 pasien dalam penelitian. Hasilnya 7,3% dari mereka yang diberi molnupiravir dirawat di rumah sakit. Itu dibandingkan dengan 14,1% pasien yang diberi plasebo.

Tidak ada kematian pada kelompok yang diberi molnupiravir, tetapi delapan pasien yang diberi plasebo dalam uji coba kemudian meninggal karena Covid.

Karena hasilnya sangat positif, Produsen obat AS Merck menyampaikan, uji coba dihentikan lebih awal karena permintaan pengawas eksternal.

Setelah ini, perusahaan itu mengatakan mereka akan mengajukan permohonan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorisation, EUA) untuk obat itu di AS dalam dua minggu ke depan.

Dikatakan Daria Hazuda, Wakil Presiden Divisi penemuan penyakit menular Merck, kehadiran pengobatan antivirus ini sangat penting bagi mereka yang tidak vaksinasi atau kurang responsif terhadap kekebalan dari vaksin.

Namun, dalam uji coba menunjukkan bahwa pengobatan dengan molnupiravir dikonsumsi pada tahap awal penyakit, ketika gejala mulai muncul, agar memberi efek.

Karena, studi sebelumnya pada pasien yang sudah dirawat di rumah sakit dengan Covid yang parah dihentikan setelah hasil yang mengecewakan. (cuy/dbs)

Editor: Cuya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X