REALITA PUBLIK,- Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriyah, Sebagai Momentum Hijrah dan Merdekanya Bangsa Indonesia Dari Kejahatan Korupsi dan Perilaku Koruptif.
Syukur Alhamdulillah, Umat Muslim dunia khususnya di tanah air, masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa untuk bertemu dan merayakan kembali Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1444 Hijriah.
Meski angka sebaran relatif menurun, situasi pandemi Covid-19 yang masih melanda negeri ini, tentunya membuat berbagai bentuk perayaan Tahun Baru Islam seperti pawai obor massal, yang senantiasa saya ikuti semasa kecil hingga beranjak remaja dikampung halaman, mungkin hanya dapat dilakukan dengan batasan-batasan tertentu, demi keselamatan jiwa kita bersama.
Baca Juga: Beredar Spanduk Dukungan maju Pilpres 2024, Ketua KPK: Ingin tetap Fokus Berantas Korupsi
Namun saya percaya dan meyakini, umat tidak sekedar merayakan Tahun Baru Islam sebagai ceremony akbar tahunan yang memang sangat dinanti-nanti setiap muslim dunia, namun esensi serta keutamaan 1 Muharram yang sarat dengan tauladan dan nilai-nilai kehidupan baik didalamnya, tentunya menjadi momentum kebangkitan mental dan spiritual agar kita senantiasa kembali ke jalan yang benar, sebagai seorang hamba-Nya.
Muharram memiliki arti yang diutamakan atau dimuliakan, karena beragam peristiwa bersejarah dan sangat penting bagi peradaban, perkembangan dan kemajuan Islam, salah satunya Hijrah Nabi Besar Muhammad SAW, terjadi di bulan yang penuh rahmat ini.
Hijrah secara bahasa berasal dari kata hajara yang maknanya adalah berpindah atau menjauhi dan atau memutus dan meninggalkan sesuatu yang tidak baik.
Baca Juga: Sambut Ramadhan 1443 H, Ketua KPK: Melatih Kesadaran Bahwa Kita Dalam Pengawasan Tuhan
Rasulullah SAW juga pernah mengatakan, orang yang berhijrah adalah orang yang berpegang teguh pada amar ma'ruf nahi munkar menjalani perintah serta menjauhi apapun yang dilarang oleh-Nya dan niat berhijrah untuk tujuan meninggalkan keburukan atau kondisi yang bertentangan dengan Al Quran serta hadis, idealnya semata-mata dilakukan karena Allah SWT, sebagaimana QS. Al-Baqarah ayat 218:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 218).
Sangat jelas, hijrah dari keadaan atau perbuatan jahat, buruk dan tercela, seperti perilaku koruptif atau budaya/laten korupsi, sejatinya hanya dilakukan oleh orang-orang yang beriman.
Baca Juga: Sosok Ketua KPK Firli Bahuri di Mata Sahabatnya, Agus Suparman
Dengan kata lain, manusia yang berperilaku koruptif dan berani melakukan korupsi, termasuk golongan manusia yang tidak beriman karena berani mengingkari keberadaan tuhan serta agamanya, dan mengkhianati nilai-nilai kemanusiaan, naudzubillah min dzalik
Apalagi, korupsi bukan sekadar kejahatan yang hanya merugikan keuangan negara atau perekonomian negara semata, dampak kejahatan yang merampas hak-hak rakyat dan juga kejahatan terhadap kemanusiaan corruption is a crime againts humanity) ini, sangat destruktif pada setiap tatanan di segala aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Artikel Terkait
56 Pegawai KPK yang Tak Lolos TWK Ditawari Menjadi ASN Polri
Resmi Dipecat, 57 Pegawai KPK Tak Lulus TWK Langsung Deklarasikan Wadah Baru IM57 Institute
Menteri Luhut dan Erick Thohir Dilaporkan ke KPK Terkait Terlibat Bisnis dan Pengaturan Harga PCR