REALITA PUBLIK,- Upaya meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman. Serta menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian. Merupakan tujuan kebijakan dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Untuk menyelaraskan dan mengelaborasi pelaksanaan MBKM khususnya bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Perguruan Tinggi Swasta. Pada hari Sabtu (26/2/2022), FISIP Universitas Sangga Buana (USB) YPKP Bandung menggelar Webinar Nasional FK-DKISIP (Forum Komunikasi Dekan Ilmu Sosial dan Politik).
Dalam Webinar kali ini, FK-DKISIP mengangkat pembahasan tema, 'Program MBKM: Tantangan, Permasalahan dan Evaluasi'. Hal ini sebagai tindak lanjut hasil dari Webinar Nasional yang digelar pada akhir tahun 2021 lalu.
Kegiatan Webinar dibuka secara langsung oleh Ketua Umum FK-DKISIP Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA. yang diwakili oleh Wakil Ketua Drs. Denny Ramdhany M.Si. Dan menghadirkan Prof. Dr. Andriansyah, S.Sos. M.Si. (Dewan Penasihat FK-DKISIP / Wakil Rektor I Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta, sebagai Keynote Speaker Webinar Nasional.
Untuk pengisi materi, Webinar Nasional FK-DKISIP kali ini, menghadirkan 6 pemateri dari berbagai PTS di Indonesia. Antara lain, Arie Purnomo, S.IP. M.Si. (Dekan FISIPOL Universitas Muhammadiyah Sorong Papua Barat); Dr. Sri Juni Woro Astuti, M.Com.
(Dekan FISIP Universitas Wijaya Putra Surabaya Jawa Timur); Dr. Herman Dema, S.Pd. S.IP. M.Si. (Dekan FISIP Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang Sulawesi Selatan).
Selanjutnya, Irwani, S.Sos. M.AP. (Dekan FISIPOL Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Kalimantan Tengah); Dr. M. Nazaruddin, S.S. M.Si. (Dekan FISIPOL Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Aceh); Dr. Evi Satispi, S.P. M.Si. (Dekan FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta).
Ditemui seusai Webinar, Wakil Ketua Umum FK-DKISIP Drs. Denny Ramdhany M.Si menyampaikan, nantinya setelah mendengarkan berbagai potensi dan peluang yang bisa diciptakan melalui program MBKM ini. Pihaknya juga menyerap sejumlah tantangan dan kendala yang dihadapi kampus khususnya FISIP untuk mengimplementasikan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
"Setelah (webinar) ini kita ada rencana akan memberikan rekomendasi ke pemerintahan, nanti kita adakan evaluasi terhadap kegiatannya lagi," ungkapnya.
"Kita ajukan rekomendasinya, bagaimana respon pemerintah. Terutama tentang dana yang tidak merata itu," imbuhnya.
Menurutnya, tingkat pemerataan menjadi tantangan dan kendala yang banyak muncul dalam pembahasan. Hal itu terjadi karena memang kemampuan perguruan tinggi di daerah itu berbeda-beda. Jadi tidak bisa menggunakan Jakarta Sentris. Pada akhirnya banyak dana yang mengendap tidak terserap.
"Banyak dana yang tidak terserap karena banyak (juga) perguruan tinggi yang tidak memenuhi standar yang dibutuhkan oleh itu (program MBKM)," tuturnya.
Pada dasarnya, bagi Dekan FISIP Universitas Jayabaya ini, dirinya mengakui program MBKM memiliki tujuan untuk menciptakan lulusan dan sumber daya manusia yang unggul, serta memberikan peluang dan kesempatan bagi mahasiswa mengembangkan diri dalam menghadapi dinamisasi perubahan sosial, budaya, dunia kerja dan kemajuan teknologi.
Program MBKM juga diharapkan dapat menjawab tantangan Perguruan Tinggi untuk menghasilkan lulusan yang sesuai perkembangan zaman, kemajuan IPTEK, tuntutan dunia usaha dan dunia industri, maupun dinamika masyarakat.
Namun dirinya juga mengingatkan, program yang memiliki tujuan baik ini jangan sampai pelaksanaannya malah membebani perguruan tinggi. "Jangan sampai program pemerintah itu (malah) membebani universitas," pungkasnya.
Diketahui, Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) merupakan salah satu kebijakan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan-Riset dan Teknologi (Mendikbud ristek) Nadiem Makariem. Salah satu program dari kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka adalah Hak Belajar Tiga Semester di Luar Program Studi.